|
Pemuda Pejuang Iklim Indonesia (Dok. Youth Leadership Camp Committee) |
Jakarta, 6 Februari 2017 – Kantor UNESCO Jakarta, UN CC:Learn (The One UN Climate Change Learning Partnership) melalui UNITAR (United Nations Institute for Training and Research), bekerjasama dengan The Climate Reality Project Indonesia (TCRPI) telah mengadakan “Youth Leadership Camp for Climate Change 2017” sebagai bagian dari pelaksanaan fase kedua UN CC:Learn proyek Strengthening Human Resources, Learning and Skills Development to Address Climate Change dengan dukungan dari Pemerintah Swiss dan mitra Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pelatihan ini akan berlangsung selama 3 hari sejak hari Sabtu hingga Senin tanggal 4 – 6 Februari 2017 di wilayah Cagar Biosfer Cibodas.
Pelatihan dengan peserta 50 pemuda/i terpilih ini bertujuan untuk membekali peserta dengan informasi tentang perubahan iklim, gaya hidup yang harus dilakukan agar lebih rendah karbon, dan keterampilan komunikasi untuk mendukung aksi pengendalian perubahan iklim.
Setelah pelatihan, peserta akan dikukuhkan menjadi Pejuang Iklim dan diwajibkan untuk menerapkan aksi pengendalian perubahan iklim secara langsung di lingkungan sekitarnya. Peserta terbaik akan disponsori oleh UN CC:Learn untuk mengikuti “Tribal Climate Camp 2017” di Amerika Serikat pada tanggal 31 Juli-4 Agustus 2017 yang akan diikuti pemuda/i, kaum profesional pegiat perubahan iklim dan masyarakat adat dari Amerika Serikat dan Kanada.
Salah satu peserta camp, Claudia dari Universitas Padjajaran, menyatakan bahwa setelah camp dia merasa lebih percaya diri untuk menggunakan energinya sebagai pemuda untuk menjalankan gaya hidup yang rendah karbon. “Sebagai generasi future leader, saya ingin agar pemuda Indonesia menjadi agen perubahan dengan melakukan aksi nyata untuk menghadapi perubahan iklim. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Hanya kita yang bisa menyelamatkan nasib kita sendiri di masa depan. Karena menjadi perubahan yang diinginkan merupakan langkah lebih jauh dari sekedar menginginkan perubahan"
Prof. Shahbaz Khan, Director of UNESCO Regional Science Bureau for Asia and the Pacific menyatakan bahwa UNESCO mendukung pelibatan pemuda-pemudi dunia termasuk Indonesia untuk menjadi penggiat perubahan iklim, salah satunya dengan turut menjaga kelestarian alam dan meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar. “Indonesia sudah memiliki 11 Cagar Biosfer, 4 Warisan Alam Dunia, 2 Taman Bumi (Geopark) dan daftar ini dapat terus bertambah mengingat kekayaan ekosistem yang dimiliki Indonesia. Pemuda-pemudi Indonesia adalah generasi harapan kami untuk dapat meneruskan upaya pelestarian alam dan upaya adaptasi dalam mendukung Agenda 2030 guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG)“
Cristina Rekakavas, UN CC:Learn Secretariat, menyampaikan selamat kepada seluruh mahasiswa dan pemuda/i atas partisipasinya dalam acara ini. Acara ini berkontribusi terhadap pelaksanaan National Climate Change Learning Strategy of Indonesia, yang diluncurkan pemerintah Indonesia pada tahun 2013. "Pembinaan pemuda/i merupakan investasi yang penting untuk dilakukan guna dapat mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Upaya tersebut diimplementasikan melalui UN CC:Learn Partnership yang mendukung penuh pemuda/i seluruh dunia untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengatasi perubahan iklim, menghadapi tantangan dan menjajagi kesempatan yang tersedia. Pemuda/i merupakan pemimpin, pengambil keputusan dan konsumen di hari esok. Jadi, mulailah dari sekarang dengan menularkan antusiasme kalian dan berpikir kreatif!"
Amanda Katili Niode, Manager The Climate Reality Project Indonesia, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wadah bagi pemuda Indonesia untuk mendalami isu perubahan iklim sekaligus belajar bagaimana komunikasi pada masyarakat. “Pemuda Indonesia merupakan segmen penduduk yang sesuai sekali untuk menjadi pelopor di masyarakat. Mereka punya semangat membara untuk jadi agen perubahan dan punya kemampuan teknologi informasi yang relatif tinggi. Kita harus wadahi itu”
Dalam kegiatan tersebut peserta juga mendapatkan workshop tentang pembuatan film. Ray Nayoan, sineas muda Indonesia yang beberapa kali memproduksi film tentang perubahan iklim menyatakan bahwa perubahan iklim itu isu yang kompleks, sangat menantang untuk disampaikan melalui film. Ray yang menjadi salah satu trainer dalam camp tersebut menambahkan, “namun jika berhasil mengemas dengan baik, hasilnya adalah masyarakat jadi lebih mudah mencerna dan harapannya mereka mau mengubah gaya hidup menjadi lebih rendah karbon.” (YLCCC/BS)